Pages

Kamis, 29 September 2011

Ragam Sastra Subjektif

Sering orang merasakan ada yang tidak lazim dalam pemakaian bahasa para sastrawan. Karya-karya mereka, baik berupa novel, cerita pendek, drama, maupun puisi, sering memakai simbol-simbol atau metafora yang sangat personal atau individual. Karena itu, tafsiran pembaca terhadap karya sastra, terutama puisi, menjadi tidak tunggal, tetapi bermacam-macam.
Karya sastra ditulis dengan saran bahasa. Tanpa bahasa tentu saja orang tidak dapat menulis karya sastra. Para sastrawan membutuhkan kemahiran bahasa. Mereka harus mampu mengungkapkan ide, pikiran dan perasaannya, ke dalam kata-kata yang memikat. Karena itu tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa karya sastra umumnya merupakan potret gagasan, perasaan atau persepsi penulisnya.
Karya sastra memang memiliki tafsir ganda. Bahasa dalam karya sastra tidak seperti undang-undang atau peraturan pemerintah ynag bisa ditafsirkan secara tunggal. Pada bahasa undanh-undang atau peraturan pemerintah tafsiran yang ganda justru harus dihindari. Melainkan berbeda dengan para ilmuan yang mengungkapkan secara langsung apa yang terjadi kebenaran objeknya, sastrawan justru menggunakan metafora perumpamaan, atau cara-cara lain yang mengakibatkan pembacanya memiliki tafsiran beragam.
Dalam karya sastra, karena dimungkinkan untuk tidak berbahasa secara lugas atau hanya menggunakan makna harfiah saja, maka sastrawandapat memanfaatkan makna majasi untuk mencapai keorisinalan pengungkapannya. Ia dapat mengungkapkan sesuatu dengan metafora dan perumpamaan yang tidak lazim.
Karya sastra memang harus memiliki kesatuan yang organis antara bentuk dan isi. Bentuk itu adalah menyangkut kemampuan sastrawan untuk memanfaatkan sarana bahasa yang mahir, sehingga tercipta karya sastra yang indah.
Sumber : majalah intisari, Maret 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar