Pada awal Bulan Ramadhan, aku meniatkan diri untuk memperbanyak ibadah dan mengumpulkan pahala dan ridha Allah SWT. Aku memang bukan orang yang baik, aku akui aku ini jahat. Aku benci dengan orang yang lemah. Mungkin ini karma bagiku karena itu, banyak teman-temanku selalu menindasku, padahal aku selalu berbuat baik kepada mereka. Sampai-sampai aku berfikir, apa aku pernah melakukan kesalahan terhadap mereka, atau berkata yang salah kepada mereka sampai mereka terlalu membenciku. Dan mereka pun tidak pernah mengangapku ada serta tidak pernah mengajakku bicara. Aku tahu dan aku merasa mereka semua tidak suka padaku. Setiap berkumpul dengan mereka aku selalu diam. Suatu ketika ada salah satu diantara mereka yang berulang tahun, dan ia mengajak kita semua untuk makan-makan. Tapi aku merasa tidak enak karena aku tidak diberi tahu langsung olehnya melainkan oleh teman ku yang lain. Tapi mau bagaimana lagi akhirnya aku ikut juga dengan mereka dengan perasaan sama sekali tidak enak. Diantara mereka semua yang membenciku ada satu teman yang sangat baik padaku. Dia sangat mengerti aku, karena dia merasakan hal yang sama sepertiku. Hanya dia yang selalu membuat aku bahagia dan hanya dia yang selalu membelaku dan hanya dia yang sehati denganku. Padahal aku selalu berusaha baik kepada teman-temanku semua, aku selalu menjaga mulutku agar tidak berkata yang salah terhadap mereka, tapi tetap saja mereka selalu menganggapku tidak ada. Meskipun mereka tidak pernah menindasku dengan cara yang terang-terangan tapi aku tau kalau mereka tidak suka denganku. Satu teman yang selalu menemaniku, sampai-sampai aku berdo’a kepada Allah, ya Allah terima kasih ternyata masih ada orang baik di dunia ini, yang mengerti aku dan baik padaku. Dan sampai sekarang aku belum tahu apa kesalahanku hingga teman-temanku membenciku.
Tidak hanya teman-temanku, keluargaku pun sama saja, tidak pernah memperdulikanku suatu ketika awal bulan ramadhan aku berniat untuk memperbanyak ibadahku dan mencari pahala serta ridha Allah SWT. Ibu selalu menyuruhku untuk membantunya masak dan membereskan rumah. Awalnya aku mengerjakannya dengan senang hati dan ikhlas, tapi lama-kelamaan aku merasa dimanfaatkan oleh ibuku, setiap aku di rumah dan di dekatnya, aku selalu di suruh ini itu sampai-sampai aku bingung mau mengerjakan yang mana dulu karena sangking banyaknya hingga pekerjaan rumah dari sekolah tidak aku kerjakan hingga selesai karena kau sudah terlalu lelah. Suatu hari aku baru pulang dari aktivitas rutinku yaitu olah raga. Aku pulang agak telat dimana keluargaku sedang berbuka puasa, aku pun segera mandi, shalat dan langsung bergabung dengan mereka. Nikmat sekali rasanya dapat berkumpul dengan keluarga. Aku sangat lelah sekali waktu itu badanku pegal-pegal, kakiku sakit serta tanganku juga sakit. Ibuku menyuruhku tiada hentinya. Waktu itu aku disuruhnya membereskan rumah, walaupun lelah dengan tubuh yang sakit aku menjalankan perintahn itu sambil menangis, dan berdo’a ya Allah kenapa ibuku tidak pernah mengerti aku. Terkadang aku menginginkan hidup sendiri dan terpisah dari ibuku, aku ingin sekali mengekos. Aku tau mengekos itu tidak enak, harus apa-apa sendiri. Tapi bagaimana pun itu aku ingin, karena aku tidak ingin tinggal bersama ibuku. Bukannya aku membencinya, hanya aku ingin menghindarinya. Aku tahu perbuatan aku ini berdosa, tapi aku berusaha agar hubungan antara anak dan ibu selalu berharga bedanya hanya aku tidak lagi tinggal bersama ibuku. Tapi aku akan selalu menengok ibuku dirumah, walau bagaimanapun dia adalah ibu yang melahirkanku. Tapi ibuku selalu menganggap aku adalah anak pemalas yang tidak pernah membantunya sekali pun. Aku kecewa dengan ibuku yang selalu berkata seperti itu, berarti ibuku tidak pernah menganggap bakti ku padanya. Aku pun selalu berfikir kesalahan apa yang pernah aku perbuat hingga ibuku memperlakukan aku seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar