Pages

Jumat, 19 Agustus 2011

Ayah



Bundanya.. Lalu bagaimana dengan Ayah ??
Mungkin karena Bunda lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap harinya, tapi tahukah kamu jika Ayah-lah yang mengingatkan Bunda untuk menelponmu ?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Bunda yang lebih sering mengajak cerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan raut muka lelah Ayah selalu menanyakan pada Bunda tentang kabarmu dan apa yang kamu lakukan seharian ??

Pada saat kamu menangis merengek minta boneka atau mainan baru, Bunda menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, nanti beli, tapi tidak sekarang. ”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karenan tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi ?

Saat kamu sakit, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : ” Sudah dibilang ! Kamu jangan hujan2an ! Minum es !”.

Berbeda dengan Bunda yang memerhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.. Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan : “Tidak boleh !”.
Tahukah kamu, bahwa Ayah ingin menjagamu ? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat luar biasa berharga..Setelah itu, kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetuk pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Bunda…

Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu ??
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang tampang paling cool sedunia, dan sesekali menguping atau mengintip saat sedang kamu sedang mengobrol.. Sadarkah kamu, kalu hati Ayah sedang cemburu ??
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu memaksa untuk melanggar jam malamnya… Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir..

Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang dokter atau insinyur.. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa.. Dah harus kuliah di kota lain.. Dan harus melepasmu di terminal stasiun atau bandara… Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu ?
Dan Ayah hanya bisa tersenyum sambil memberi nasehat ini itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Bunda dan memelukmu erat..
Yang Ayah lakukan hanya memeluk pundakmu atau memegang kepalamu, berkata ” Jaga dirimu baik-baik ya. ”
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT… kuat untuk pergi dan menjadi dewasa..  Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.. Ayah juga berusaha keras mencari jalan agar anaknya merasa SAMA dengan teman-teman lainnya.

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana..
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Dari cerita di atas, gua berharap gua bisa lebih baik dan berbakti lagi sama orang tua gua. Apalagi ayah, yang selalu member nafkah kepada keluarga gua, sedangkan ibu adalah patner ayah yang membantu mengurus rumah tangga mereka. Ayah, ibu saya bangga dengan kalian semua… you are the best in my life.

kesimpulan : kita tidak hanya berbakti kepada ibu saja tetapi kepada ayah juga, karena ayah adalah patner ibu yang selalu berusaha menjaga kita dan membesarkan kita


Baca Tempatmu Sebelum Engkau Meledakkan!



Petasan atau mercon, sensasi yang menyemarak ketika dating bulan yang mulia ini, bagaikan budaya di kalangan segelintir masyarakat di Indonesia. Suatu hal yang sangat disayangkan terjadi di tengah syabab ( pemuda ) bangsa yang seharusnya mengisi bulan suci ini dengan menuntut ilmu dan banyak beribadah sesuai tuntunan Rasul-Nya, namun malah terlena oleh kesenangan sejenak.  Tahukah kita bahwa islam mewajibkan kita ubtuk mawas diri akan keselamatan diri sendiri dan saudara seagama kita?.
Wahai kaum muslimin, kalau menakut-nakuti itu saja tidak boleh, bagaimana dengan bom yang sedahsyat itu diledakkan di dua hotel di Jakarta yang tidak diragukan lagi di sana banyak kaum muslimin sehingga menumpahkan darah mereka dan membuat mereka dihantui oleh ketakutan, tentu hukumnya lebih besar lagi.
Dengan peledakkan bom yang mereka sebut jihad, dapat melukai kaum muslimin dan muslimah dan orang-orang kafir lainnya. Membunuh seorang muslim itu lebih berat di sisi Allah daripada lenyapnya dunia ini. Namun tidak dibenarkan pula membunuh kafir yang dalam perjanjian, karena yang boleh dibunuh adalah kafir yang mengangkat pedangnya kepada kita ( kaum muslimin ).
Barang siapa yang mengingkari perjanjian tersebut maka atasnya laknat Allah dan malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak menerima di hari kiamat darinya emas ataupun perak. Apabila seorang kafir dijamin keamanannya oleh seorang muslim, maka haram bagi kaum muslimin untuk membunuhnya, merampas hartanya, menterornya, dan sejenisnya. Bahkan diwajibkan bagi kaum muslimin menjaga keamanan dan ketentramannya dengan perjanjian.
Itulah sedikit-banyak tentang petasan dan hubungannya dengan aksi teror. Maka dari itu, kami mengajak untuk syabab agar lebih banyak menuntut ilmu dari pada mendahulukan semangat yang kebanyakan syabab kita di Indonesia lalai darinya, sehingga ikut dalam jaringan-jaringan tersebut yang lebih mendahulukan semangat dan angan-angan surge tanpa menuntut ilmu. 

Rabu, 10 Agustus 2011

Kesalahan yang Tidak Diketahui


Pada awal Bulan Ramadhan, aku meniatkan diri untuk memperbanyak ibadah dan mengumpulkan pahala dan ridha Allah SWT. Aku memang bukan orang yang baik, aku akui aku ini jahat. Aku benci dengan orang yang lemah. Mungkin ini karma bagiku karena itu, banyak teman-temanku selalu menindasku, padahal aku selalu berbuat baik kepada mereka. Sampai-sampai aku berfikir, apa aku pernah melakukan kesalahan terhadap mereka, atau berkata yang salah kepada mereka sampai mereka terlalu membenciku. Dan mereka pun tidak pernah mengangapku ada serta tidak pernah mengajakku bicara. Aku tahu dan aku merasa mereka semua tidak suka padaku. Setiap berkumpul dengan mereka aku selalu diam. Suatu ketika ada salah satu diantara mereka yang berulang tahun, dan ia mengajak kita semua untuk makan-makan. Tapi aku merasa tidak enak karena aku tidak diberi tahu langsung olehnya melainkan oleh teman ku yang lain. Tapi mau bagaimana lagi akhirnya aku ikut juga dengan mereka dengan perasaan sama sekali tidak enak. Diantara mereka semua yang membenciku ada satu teman yang sangat baik padaku. Dia sangat mengerti aku, karena dia merasakan hal yang sama sepertiku. Hanya dia yang selalu membuat aku bahagia dan hanya dia yang selalu membelaku dan hanya dia yang sehati denganku. Padahal aku selalu berusaha baik kepada teman-temanku semua, aku selalu menjaga mulutku agar tidak berkata yang salah terhadap mereka, tapi tetap saja mereka selalu menganggapku tidak ada. Meskipun mereka tidak pernah menindasku dengan cara yang terang-terangan tapi aku tau kalau mereka tidak suka denganku. Satu teman yang selalu menemaniku, sampai-sampai aku berdo’a kepada Allah, ya Allah terima kasih ternyata masih ada orang baik di dunia ini, yang mengerti aku dan baik padaku. Dan sampai sekarang aku belum tahu apa kesalahanku hingga teman-temanku membenciku.
                Tidak hanya teman-temanku, keluargaku pun sama saja, tidak pernah memperdulikanku suatu ketika awal bulan ramadhan aku berniat untuk memperbanyak ibadahku dan mencari pahala serta ridha Allah SWT. Ibu selalu menyuruhku untuk membantunya masak dan membereskan rumah. Awalnya aku mengerjakannya dengan senang hati dan ikhlas, tapi lama-kelamaan aku merasa dimanfaatkan oleh ibuku, setiap aku di rumah dan di dekatnya, aku selalu di suruh ini itu sampai-sampai aku bingung mau mengerjakan yang mana dulu karena sangking banyaknya hingga pekerjaan rumah dari sekolah tidak aku kerjakan hingga selesai karena kau sudah terlalu lelah. Suatu hari aku baru pulang dari aktivitas rutinku yaitu olah raga. Aku pulang agak telat dimana keluargaku sedang berbuka puasa, aku pun segera mandi, shalat dan langsung bergabung dengan mereka. Nikmat sekali rasanya dapat berkumpul dengan keluarga. Aku sangat lelah sekali waktu itu badanku pegal-pegal, kakiku sakit serta tanganku juga sakit. Ibuku menyuruhku tiada hentinya. Waktu itu aku disuruhnya membereskan rumah, walaupun lelah dengan tubuh yang sakit aku menjalankan perintahn itu sambil menangis, dan berdo’a ya Allah kenapa ibuku tidak pernah mengerti aku. Terkadang aku menginginkan hidup sendiri dan terpisah dari ibuku, aku ingin sekali mengekos. Aku tau mengekos itu tidak enak, harus apa-apa sendiri. Tapi bagaimana pun itu aku ingin, karena aku tidak ingin tinggal bersama ibuku. Bukannya aku membencinya, hanya aku ingin menghindarinya. Aku tahu perbuatan aku ini berdosa, tapi aku berusaha agar hubungan antara anak dan ibu selalu berharga bedanya hanya aku tidak lagi tinggal bersama ibuku. Tapi aku akan selalu menengok ibuku dirumah, walau bagaimanapun dia adalah ibu yang melahirkanku. Tapi ibuku selalu menganggap aku adalah anak pemalas yang tidak pernah membantunya sekali pun. Aku kecewa dengan ibuku yang selalu berkata seperti itu, berarti ibuku tidak pernah menganggap bakti ku padanya. Aku pun selalu berfikir kesalahan apa yang pernah aku perbuat hingga ibuku memperlakukan aku seperti itu.